Pergerakan Pada Zaman Pendudukan Jepang
Pada masa pendudukan Jepang (1942-1945), bangsa Indonesia menghadapi tantangan besar. Jepang menguasai Indonesia dengan janji-janji manis seperti kemakmuran bersama Asia Timur Raya, tetapi kenyataannya, Jepang juga melakukan penindasan dan eksploitasi terhadap rakyat Indonesia. Meskipun demikian, para tokoh perjuangan Indonesia tidak tinggal diam dan berusaha memanfaatkan berbagai peluang untuk memperjuangkan kemerdekaan. Berikut ini adalah penjelasan tentang upaya dan pergerakan rakyat Indonesia pada masa pendudukan Jepang.
1. Kebijakan Jepang dan Reaksi Bangsa Indonesia
Jepang menggunakan berbagai propaganda untuk menarik simpati rakyat Indonesia, seperti mengaku sebagai "saudara tua" yang ingin membebaskan Indonesia dari penjajahan Barat. Namun, tokoh-tokoh perjuangan Indonesia menyadari bahwa Jepang tetaplah penjajah.
Para pemimpin Indonesia memanfaatkan organisasi-organisasi buatan Jepang sebagai alat perjuangan. Mereka bekerja sama dengan Jepang secara strategis, tetapi tetap memiliki tujuan utama, yaitu mencapai kemerdekaan Indonesia.
2. Organisasi Bentukan Jepang
Jepang membentuk sejumlah organisasi untuk mengendalikan rakyat Indonesia. Namun, para tokoh Indonesia justru menggunakan organisasi-organisasi ini untuk memperjuangkan kemerdekaan.
a. Kelompok Kolaborator
Kelompok ini adalah mereka yang bersedia bekerja sama dengan Jepang. Namun, kerja sama ini dilakukan untuk mencapai tujuan diplomasi dan mendapatkan dukungan rakyat.
b. PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat)
PUTERA adalah organisasi yang dibentuk oleh Jepang pada tahun 1943 dan dipimpin oleh tokoh-tokoh besar seperti Soekarno, Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.H. Mas Mansyur. Meskipun PUTERA dibentuk oleh Jepang, para pemimpin Indonesia memanfaatkan organisasi ini untuk:
- Menyampaikan ide-ide nasionalisme kepada rakyat.
- Menjalin komunikasi langsung dengan rakyat.
- Menggelar kampanye untuk membangun semangat kebangsaan.
c. Barisan Pelopor
Ketika Jepang merasa PUTERA tidak lagi menguntungkan mereka, organisasi ini dibubarkan dan diganti dengan Barisan Pelopor. Namun, Barisan Pelopor juga dimanfaatkan oleh pemuda Indonesia untuk melanjutkan perjuangan kemerdekaan.
3. Gerakan Bawah Tanah
Pada masa pendudukan Jepang, partai politik dilarang berdiri. Oleh karena itu, banyak tokoh Indonesia yang bergerak secara diam-diam atau disebut gerakan bawah tanah.
a. Bentuk Gerakan Bawah Tanah
- Melakukan aktivitas secara rahasia tanpa sepengetahuan Jepang.
- Memantau perang Pasifik melalui radio-radio bawah tanah, meskipun Jepang melarang rakyat Indonesia memiliki alat komunikasi seperti radio.
b. Tokoh Gerakan Bawah Tanah
Gerakan ini dipimpin oleh tokoh-tokoh seperti Sutan Sjahrir, Achmad Subarjo, Sukarni, A. Maramis, Wikana, Chairul Saleh, dan Amir Syarifudin. Mereka sering disebut sebagai golongan radikal karena tidak mau berkompromi dengan Jepang.
4. Perlawanan Bersenjata
Selain gerakan politik, rakyat Indonesia juga melakukan perlawanan fisik terhadap Jepang. Beberapa perlawanan yang terjadi adalah:
a. Perlawanan Rakyat Aceh
Rakyat Aceh menentang kebijakan-kebijakan Jepang yang dianggap memberatkan rakyat, seperti pajak dan kerja paksa.
b. Perlawanan Singaparna, Jawa Barat
Dipimpin oleh K.H. Zainal Mustafa, perlawanan ini menolak aturan Seikerei, yaitu penghormatan kepada Kaisar Jepang. Rakyat menganggap aturan ini bertentangan dengan ajaran agama Islam.
c. Perlawanan di Indramayu, Jawa Barat
Petani di Indramayu melakukan perlawanan karena tidak setuju dengan pungutan padi yang terlalu tinggi oleh Jepang.
d. Perlawanan PETA di Blitar
Perlawanan yang dipimpin oleh Supriyadi ini adalah pemberontakan terbesar terhadap Jepang. PETA (Pembela Tanah Air) adalah organisasi militer yang dibentuk oleh Jepang, tetapi kemudian digunakan oleh rakyat Indonesia untuk melawan penjajahan Jepang.